Iklan

Diduga Kepling Berat Sebelah, Warga Dusun VIII Desa Helvetia Ricuh Gegara Jemuran dan Konflik Lahan

20/07/25, 12:30 WIB Last Updated 2025-07-20T05:30:06Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini

Kepling Dianggap Lindungi Kepentingan Keluarga, Warga Desak Gubernur dan Kapolda Sumut Turun Tangan

Peristiwa ini terjadi setelah seorang warga merasa dirugikan akibat jemuran milik tetangganya dipasang menempel pada dinding rumah miliknya. Warga tersebut mengaku telah beberapa kali melapor kepada Kepling, namun tidak mendapat tanggapan serius.

Deli Serdang, MimbaKabar.com — Ketegangan antarwarga pecah di Dusun VIII, Desa Helvetia, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Kericuhan dipicu konflik pemasangan jemuran yang dipasang di dinding rumah warga tanpa izin. Ironisnya, persoalan ini berbuntut panjang hingga pada dugaan ketidaknetralan Kepala Lingkungan (Kepling) yang diduga membela kepentingan pribadi dan keluarganya.


Peristiwa ini terjadi setelah seorang warga merasa dirugikan akibat jemuran milik tetangganya dipasang menempel pada dinding rumah miliknya. Warga tersebut mengaku telah beberapa kali melapor kepada Kepling, namun tidak mendapat tanggapan serius.


“Sudah dilapor dari pagi, tapi tak juga datang. Sekitar jam 11 siang aku lapor lagi, minta agar jemuran itu jangan dipasang di dinding rumahku. Tapi tetap tidak direspons. Setelah mereka selesai pasang, terpaksa kubongkar dari dalam rumah. Pecah lah keributan di situ,” ujar warga yang enggan disebutkan namanya demi alasan keamanan.


Menurut informasi yang dihimpun, Kepling baru tiba di lokasi sekitar pukul 5 sore, setelah situasi memanas dan terjadi bentrokan antarwarga. Keterlambatan ini membuat warga makin geram, apalagi Kepling diduga justru memihak pihak yang memasang jemuran.


Persoalan tak berhenti di situ. Warga menduga ada konflik kepentingan karena Kepling saat ini merupakan anak dari Kepling sebelumnya yang telah pensiun. Tak hanya itu, anak Kepling lama ini disebut-sebut turut menandatangani surat-surat penting yang hingga kini belum dikeluarkan, termasuk surat ukur tanah berukuran 9x19 meter yang telah diukur oleh pihak desa dan kecamatan.


“Sampai sekarang surat ukur itu gak keluar. Yang belakang, ukuran 1x9 meter, sekarang masih proses di kepolisian. Waktu bapaknya masih jadi Kepling, banyak permainan. Sekarang anaknya yang jadi Kepling, jadi susah warga mau cari keadilan,” lanjut warga.


Warga menduga kuat bahwa Kepling yang sekarang sengaja dipertahankan karena menyimpan banyak rahasia keluarga terkait tanah dan batas-batas lahan yang disengketakan. Mereka menilai tidak akan ada penyelesaian jika Kepling tidak diganti.


Merasa tidak mendapat keadilan, warga mendesak agar Gubernur Sumatera Utara, Bupati Deli Serdang, dan Kapolda Sumatera Utara turun tangan. Mereka berharap ada intervensi dari pihak berwenang untuk menindak dugaan keberpihakan Kepling dan mengurai konflik yang telah meresahkan lingkungan.


“Di kepolisian pun laporan kami terkesan ditahan. Kami mohon perhatian dari pemerintah dan aparat hukum. Jangan tunggu sampai ada korban jiwa karena konflik sepele yang bisa dicegah kalau Kepling bersikap netral,” ujar salah seorang tokoh masyarakat.


Beberapa video peristiwa bentrokan dan keributan antarwarga telah dikirimkan kepada redaksi TambunPos.com dan menjadi bukti bahwa konflik ini benar-benar terjadi dan belum menemukan jalan keluar.


Catatan Redaksi:

TambunPos.com akan terus mengawal dan menelusuri dugaan konflik kepentingan dan kelalaian aparatur desa dalam menangani persoalan masyarakat.

Komentar

Tampilkan

Terkini